Finance

Apa itu balap tikus (rat race)?

Apa itu Balap Tikus (Rat Race)

Pernah merasa hidup seperti stuck? terjebak pada rutinitas?

Sehari-hari rasanya seperti P7 (Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan)?

Itulah jebakan balap tikus, atau biasanya juga disebut lingkaran setan yang tak pernah berhenti.

Dari jaman kakek nenek, bapak ibu, saya dan istri, lalu kayaknya anak saya pun, sepertinya bakalan segini-gini aja kondisi finansialnya. Lalu ujung-ujungnya cuma disuruh bersyukur, sama motivator-motivator ternama di youtube, dan teman yang dari dulunya sudah terlahir dari keluarga sultan.

Rasanya sangat jenuh, putus asa, terkadang ingin menyerah pada keadaan.

Berikut adalah 6 ciri-ciri Anda terjebak pada rat race:

  1. Kerja 8-12 jam sehari
    Jangan salah persepsi. Kerja itu sebuah hak istimewa, apalagi jika Anda menikmati pekerjaan Anda. Namun, ada banyak orang yang merasa terpaksa harus bangun subuh, berpakaian rapi, terjebak macet ke kantor, bekerja selama 8-12 jam, tidak termotivasi dan terinspirasi, bertahan sampai akhir bulan, hanya untuk satu kata: gajian.
  2. Dapat gaji
    Ini kata yang Anda tunggu-tunggu di akhir bulan, setiap tanggal 25. Gaji. Lagi-lagi, bisa gajian harus disyukuri, artinya Anda masih sehat, dan masih memberi manfaat, bagi diri sendiri dan keluarga Anda. Namun, apabila gaji adalah satu-satunya sumber penghasilan Anda, maka sangat berbahaya sekali.
    Apa yang terjadi jika misalnya, amit-amit, Anda sakit keras dan tidak dapat bekerja dalam jangka waktu lama? Apa yang terjadi pada cicilan, tagihan, dan nasib keluarga Anda.
  3. Beli kebutuhan hidup
    Akibat inflasi, harga kebutuhan hidup makin meningkat. BBM naik, harga beras naik, minyak goreng langka, dan masih banyak lagi. Dengan kenaikan gaji yang tidak seberapa tiap tahunnya pun, membeli kebutuhan pokok serasa sangat pas-pasan.
    Bagi yang kalangan menengah-pun, sudah mulai merasakan, uang 100rb yang tadinya cukup untuk beli BBM untuk seminggu, sekarang hanya cukup utk 5 hari, fenomena ini dinamakan “shrinkflation”.
  4. Gaya hidup mewah
    Akibat pekerjaan yang terlalu stress dan monoton, Anda perlu hiburan ekstra, supaya Anda tetap waras. Atau, Anda merasa, “saya sudah bekerja keras sekali, boleh dong saya beli X, atau melakukan Y”. Tidak ada yang salah dengan membeli HP baru, atau pergi healing ke Bali. Tapi jika hal ini Anda lakukan di luar kesadaran penuh mengenai kondisi finansial Anda, ini hanya akan memperburuk kondisi finansial Anda dan menjebak Anda di lingkaran balap tikus lebih dalam.
  5. Tidak punya aset
    Karena gaji sudah habis beli kebutuhan hidup sehari-hari dan gaya hidup mewah, Anda tidak punya alokasi untuk memiliki aset. Jika ini penyakit, maka ini sudah level kritis stadium 3.
    Ada lagi jebakan lain, orang sering salah kaprah mengenai aset.
    - Ada yang mengira, menabung uang di bank adalah satu-satunya cara paling aman menuju kebebasan finansial.
    - Ada yang mendengarkan petuah orang tua, jadi taunya aset itu adalah emas. Tiap ada uang, berapapun itu, 100% belikan emas.
    - Ada yang ngotot beli tanah, karena kata si Mbah, tanah harganya ga pernah turun, jadi tiap ada uang, taruh di bank, tunggu 50 tahun baru kebeli sepetak tanah di Timurnya bagian Timur Jakarta (bukan Jakarta Timur).
    - Ada yang dengar kata teman, crypto adalah masa depan, maka dia rela berhutang di luar kemampuan mencicil untuk beli Bitcoin. Ini masa depan gaess.
    - Robo trading menarik, trading saham menggiurkan, banyak yang posting hasil miliaran rupiah di Instagram, Tiktok.
    - Suntik modal usaha X, bisnis Y.
    - Bingung dengan ajakan-ajakan lain sebagainya.
  6. Bayar hutang menumpuk
    Alokasi gaji/penghasilan sudah habis, tapi kebutuhan hidup primer masih belum tercukupi. Biaya sekolah anak, susu, lupa dimasukkan ke belanja bulanan. Belum lagi ban motor/mobil pribadi bocor samping dan perlu diganti. Akibatnya? Ambil hutang. Dari Paylater, dari kartu kredit, dari KTA.
    Ada banyak bank, fintech, dan lintah darat memborbardir pinjaman uang dengan bunga yang “katanya rendah”.
    Lalu yang terjadi adalah: ambil hutang untuk menutup hutang. Gali lubang tutup lubang.
  7. Kembali lagi ke no 1,
    begitu seterusnya selama 1 tahun, 10 tahun, 50 tahun, sampai tidak bisa pensiun, dan siklus berlanjut ke anak/keturunan dan keluarganya.

Lantas apa solusinya?

Miliki Aset, jika Anda butuh jawaban singkat.

Namun hati-hati, jika Anda hanya berhenti pada satu pernyataan di atas, dan terburu-buru untuk segera berhemat dan beli aset, maka Anda dapat terkecoh.

Pada artikel berikutnya, Portflow.io akan ungkap tuntas apa yang perlu dilakukan seseorang agar, setidaknya, sedikit demi sedikit bisa lepas dari balap tikus (rat race) yang membelenggu 80% orang di dunia ini.